Megumi. Di sertifikat terdaftar dengan nama Megumi von Camelia von Kemang Pratama yang artinya anak dari dan asalnya, jenis kelamin betina. Lahir tanggal 6 Desember 2002, jenis German Shepherd Dog (GSD) atau Anjing Gembala Jerman (AGJ) namun orang umum menyebutnya herder.
Pemilik pertama adalah adik ipar. Dibawa ke rumah saat usia 3 bulan.
Saat masih kecil, Megumi atau sering dipanggil Meg atau Gumi atau Gumgum diberikan perlakuan khusus. Makanan pabrikan mahal, susu murni, telur serta disediakan "pengasuh" yang tugasnya membersihkan kandang, membawa jalan-jalan, memandikan (kalau tidak sempat ke salon) dan memberi makan. Selain itu juga tali, kalung dan mainan mahal yang dibeli di toko hewan. Usia 6 bulan, Megumi dimasukkan ke sekolah anjing selama 3 bulan sehingga intelejensinya terasah.
Megumi juga sering diajak jalan-jalan dengan mobil ke tempat-tempat seperti pantai, kebun atau tempat wisata lainnya yang membolehkan membawa anjing. Kadang-kadang Megumi diajak juga ke pertemuan para pemilik AGJ.
Umur 3 tahun Megumi aku ajari berkenalan dengan kucing. Awalnya Megumi tidak bisa bertemu kucing yang sudah pasti akan digonggong, dikejar dan jika tertangkap pasti digigitnya. Kucing sahabat Megumi pertama adalah Puma dan Macan. Lalu ada Abas dan Karim. Itu semua adalah kucing yang diambil dari jalanan karena dibuang orang. Juga Megumi mendapat teman yaitu seekor anjing Golden Retriever betina bernama Foula.
Sejak adik ipar punya Foula, Megumi mulai terabaikan. Terlebih Foula masih muda, berbulu kuning keemasan dan penampilannya ramah. Tidak seperti Megumi yang terkesan "galak".
Umur 4 tahun Megumi dikawinkan. Saat Megumi mau melahirkan, aku menungguinya di kandang sambil mengurut perutnya dan menghiburnya. Satu persatu anaknya lahir dan aku bantu membersihkannya. Semuanya 3 ekor dengan interval kelahiran sampai 5 jam. Dua ekor betina dan 1 ekor jantan. Aku menamakannya A, B, C karena bukan aku pemiliknya. Semua anaknya laku terjual.
Saat adik ipar menikah dan pindah, hanya Foula yang diajak. Dengan berbagai alasan, Megumi ditinggal dan dihibahkan padaku. Megumi sekarang makan nasi dengan rebusan tetelan dan sayur bayam. Tetapi tubuhnya semakin sehat dan gemuk dengan bulu yang bagus berkilat. Kadang-kadang saja aku kasih telor atau susu.
Aku melanjutkan melatih Megumi agar tidak sedih. Lompat rintangan, melewati lorong, mencari barang, papan titian, kejar dan tangkap. Selain itu Megumi juga pintar berburu tikus got yang besar-besar yang kucing tidak akan berani.
Lalu ada lagi kucing yang dibuang. Masih kecil sekitar 2 bulan yang saya beri nama Maya. Anak kucing ini digendong-gendong Megumi, dimandikan sampai basah kuyup. Jika Maya berteriak, Megumi tergopoh-gopoh menghampiri dan menjilat-jilatnya. Mungkin perilaku itu sebagai pelampiasan karena tidak bertemu anaknya lagi. Sayang, umur 8 bulan Maya mati tidak lama setelah operasi steril. Sedihnya, Megumi seperti selalu mencari Maya di tempat-tempat biasanya Maya berada. Dan Megumi sepertinya "ikhlas" setelah sekitar 4 bulan tidak mungkin bertemu lagi dengan Maya "anak" angkatnya. Selain itu juga kucing adopsi dari jalanan bertambah dan lebih banyak lagi kucing sahabat Megumi. Megumi saya belikan mainan biasa yang berbunyi kalau ditekan seperti bola dan boneka. Salah satunya boneka pokemon yang saya beli di penjual mainan di pasar.
Boneka pokemon |
Megumi juga sekarang tidak mau lagi di kandang. Dia bisa membuka pintu dan masuk lalu tidur di balik pintu. Awalnya aku berteriak "Out"! Tetapi lama-lama kasihan juga. Terlebih Megumi juga tidak kemana-mana. Hanya di balik pintu. Dan hanya sampai sore setelah itu dia rela dikeluarkan dan tidur di depan pintu. Papan pintu rumah rusak karena kukunya. Kadang kalau malam atau siang petir menggelegar saat hujan, Megumi juga memohon untuk masuk yang terpaksa dikabulkan karena nanti pintu bisa jebol.
Kemudian aku merasakan benjolan di leher bawah sebelah kanan saat memandikan Megumi. Aku pikir hanya abses biasa. Semakin lama bejolan itu semakin besar dan mengeras. Aku mulai memeriksakan ke dokter hewan.
Kebetulan Megumi ikut syuting video profil dari Balai Kesehatan Hewan dan Ikan (BKHI) Provinsi DKI Jakarta. Disela syuting, dokter hewan memeriksa benjolan Megumi yang lalu merujuk ke dokter hewan lain. Aku ke Pondok Pengayom Satwa yang kebetulan dekat. Dari sana pun aku dirujuk ke dokter lain yang lebih ahli untuk masalah itu yaitu drh. C. Koesharyono. Beliau mengatakan untung aku cepat menemuinya karena jika tidak maka akan terlambat. Itu adalah kanker ganas.
Dengan diagnosa itu aku sedih karena biaya operasinya pastilah besar sedangkan aku hanya menerima honor yang tidak seberapa dan kadang sering terlambat. Juga sedih karena aku disalahkan oleh adik ipar. Tetapi demi kesembuhan Megumi, aku dan suami berusaha untuk mendapatkan biaya operasi dan pengobatan selanjutnya. Berkali-kali kami kembali untuk memeriksakan Megumi yang dinyatakan sudah sembuh. Lalu Megumi diberi kapsul keladi tikus yang terbukti ampuh membunuh sel kanker.
Megumi dengan Tukiyem |
Bukan berarti berhenti sampai disitu. Jahitan lukanya berkali-kali putus. Mungkin karena letaknya di leher. Tidak mungkin memasang colar agar tidak tergaruk akhirnya aku berinisiatif untuk menutupnya dengan handuk. Setiap hari handuk itu diganti dengan sebelumnya luka dibersihkan terlebih dahulu. Setiap hari, tidak boleh tidak karena jika terlambat sehari saja, handuk itu akan kotor dan akan mengundang bakteri yang akan membuat luka menjadi infeksi.Tetapi luka tidak kunjung sembuh dan menutup. Dan sudah banyak biaya yang dikeluarkan. Berbagai jenis salep dan obat semprot aku terapkan agar luka setidaknya mengecil. Atas saran teman, kugunakan propolis. Alhamdulillah lukanya mulai mengecil. (Keterangan tentang kanker dapat dilihat di link Planet Satwa: http://www.facebook.com/ photo.php?fbid=351871024838 002&set=a.260569370634835. 70559.260134164011689&type =1&ref=nf)
Lalu adik iparku menghibahkan (lagi) anjing yaitu Pluto dari jenis labrador. Seperti biasa dengan berbagai macam alasan. Dua tahun sebelumnya, Foula mati karena penyakit ginjal. Lagi-lagi karena makanan pabrikan.
Megumi dan Pero |
Megumi dan Komar |
Hari Rabu tanggal 1 Februari 2012 kulihat Megumi tiduran di lantai tempat cuci. Aku lalu memandikan Megumi dan Pluto. Terlintas dalam pikiranku, bagaimana jika Megumi mati? Malam hari aku tepuk-tepuk dan elus sayang Megumi sambil menyeterika. Megumi seperti merasakan kasih sayangku yang terakhir. Kepalanya menyusup diantara kedua kakiku dan terpaksa kuhentikan menyeterika karena takut kepalanya terinjak. Aku lalu duduk di bangku di belakang dan mulai berbicara dengannya. Megumi... Megumi sayang... Sambil kuelus kepalanya. Aku tidak bisa tidur sampai subuh. Dan ketika pagi saat aku buka pintu belakang terasa berat. Biasanya memang Megumi tidur disitu. Dan biasanya jika kubuka pintu belakang, dia segera bangkit dan pindah. Tetapi hari itu tidak. Pintu lalu kudorong dan melongok keluar. Di bawah, Megumi sudah tertidur selamanya dengan Pluto disampingnya yang memandang iba bergantian padaku dan Megumi. Pluto inilah yang menemani Megumi sampai akhir hidupnya. Dan menunggui Megumi saat Megumi tidur selamanya. Kubungkus Megumi dengan kain batik lalu dengan kain putih.
Boneka pokemon |
Pending, tag nama, kalung dan tali |
Bunga sedap malam dan daun pandan di kubur Megumi |
Aku telepon Darso untuk membantu menggali kubur. Darso juga sering mengurus Megumi dan lainnya jika aku sedang tidak di rumah. Darso memandang jasad Megumi dan terlihat matanya berkaca-kaca. Lalu Darso mulai menggali kubur yang letaknya persis disamping kubur Puma, kucing pertama sahabat Megumi. Aku baringkan Megumi untuk selamanya dan kututup kuburnya. Kuminta Darso mengambil fotoku untuk terakhir kalinya bersama jasad Megumi. Darso yang terakhir memadatkan kuburnya. Aku letakkan barang-barang kesayangan Megumi seperti kalung pending, tali, hardness dan boneka pokemon kesayangannya. Tidak berapa lama hujan turun dengan derasnya seakan turut bersedih.
Selamat jalan Megumi...
No comments:
Post a Comment