Agheelz Go Blog

Hai. Selamat datang di Agheelz Go Blog. Blog ini berisi tulisan-tulisan saya, beberapa sumbangan tulisan lain dari teman-teman, saran atau ide atau pendapat dan dari kumpulan hasil berburu berita. Karena saya juga senang memotret, saya juga tampilkan hasil memotret itu kedalam blog saya. Kritik atau saran atau ide saya terima dengan tabah.

Tuesday, September 25, 2012

Berakit-rakit Ke Hulu, Berenang-renang Ke Tepian Untuk Puteri dan Pangeran




            Saat kita kecil mungkin sebagian pernah menonton film kartun atau membaca cerita tentang puteri dan pangeran. Semua dongeng dan cerita itu kebanyakan berakhir dengan bahagia meski pun pada awalnya sang puteri selalu mendapatkan kesusahan.
            Seorang teman merasa kesal dengan cerita-cerita puteri dan pangeran. Menurutnya semua cerita itu pasti berakhir tentang laki-laki. Sepertinya laki-laki itu sesuatu yang pantas didapatkan perempuan. Intinya, laki-laki adalah makhluk berharga yang harus diraih dengan bekerja keras. Dimaklumi jika teman saya kesal karena dia perempuan.
            Cerita atau dongeng puteri yang dibuat film entah itu kartun atau animasi atau bahkan dibuat drama pertunjukan teater memang terkesan mendambakan pangeran, kita sebut saja pangeran impian. Cerita puteri bertemu pangeran yang paling banyak dan mungkin pertama kali dibuat film kartun adalah dari Walt Disney. Penemu tokoh kartun Mickey tikus itu sohor sebagai pembuat film kartun yang melegenda. Benarkah cerita puteri bertemu pangeran itu ada dalam kehidupan sehari-hari?
            Bagi sebagian anak perempuan mungkin pernah atau tahu cerita puteri, sebut saja Cinderella alias Upik Abu. Cinderella terpaksa tinggal bersama ibu dan dua orang saudara tirinya karena ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi dengan janda beranak dua yang kebetulan dua-duanya perempuan. Setelah ayahnya meninggal, Cinderella yang masih keturunan bangsawan itu terpaksa menjadi pengurus rumah tangga karena takut oleh ibu dan saudara tirinya. Namun di akhir cerita Cinderella bertemu dengan pangeran dan menikah. Dengan dinikahi pangeran maka terbebas semua deritanya.
            Bukan hanya puteri atau keturunan bangsawan, pun ada cerita tentang perempuan Indian yang menolong seorang laki-laki kulit putih dan membuat si laki-laki itu jatuh cinta padanya. Namun demikian laki-laki kulit putih itu tidak menikahinya karena dibunuh oleh laki-laki Indian yang juga jatuh cinta kepada si perempuan. Tetapi perempuan Indian itu tidak menikah dengan laki-laki Indian melainkan dengan laki-laki kulit putih lain yang lalu memboyongnya ke Eropa. Itu semua sebenarnya adalah cerita benar terjadi dan bukan dongeng sebelum tidur atau dongeng dalam film kartun. Perempuan Indian itu bernama Pocahontas.
            Bukan pula melulu cerita tentang puteri dan pangeran. Bagi umat nasrani pasti pernah mendengar cerita tentang Santa Klaus atau Sinter Klas yang akan datang memberikan hadiah pada saat menjelang natal jika anak-anak tidak nakal, rajin membantu orang tua, atau rajin belajar. Selama bertahun-tahun anak itu menantikan kedatangan Santa Klaus dengan harap-harap cemas apakah selama ini mereka tidak nakal. Terakhir tentunya mereka menerima hadiah-hadiah yang disembunyikan seakan hadiah itu diberikan oleh Santa. Kenyataan sebenarnya hadiah itu diberikan oleh orang tuanya yang sudah menilai apakah anaknya pantas diberikan hadiah.
            Apa yang dilihat teman saya itu memang kelihatannya hanya melulu tentang berakhir dengan laki-laki. Padahal banyak hal yang luput dari perhatiannya. Salah satunya adalah apa yang sering kita dengar tentang pepatah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Dan kebetulan saja pembuat film kartun sekelas Walt Disney menggunakan simbol-simbol puteri dan pangeran.
            Dalam simbol-simbol puteri dan pangeran itu diceritakan bagaimana orang harus menjalani sesuatu yang menuntutnya bekerja keras jika ingin mencapai sukses. Sebab kesuksesan itu sepertinya sulit untuk diraih seperti kita menjentikkan jari. Terlebih lagi jika kita tidak punya modal materi untuk meraih sukses. Modal yang kita punya hanya niat dan kesungguhan. Mempunyai modal materi pun tidak berarti langsung meraih sukses yang dicita-citakan karena tentunya harus memutar modal itu agar berkembang.
            Jadi apa pun jenis cerita, dongeng atau film sekali pun tentunya ada suatu pesan yang ingin disampaikan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya dengan pandangan yang benar-benar jeli. Karena jika pesan yang disampaikan secara langsung sudah tentu tidak akan menarik untuk dilihat apalagi didengarkan.

No comments: