Agheelz
Kamis, 08 Maret 2012
Berawal di tahun 1997 saat Erwin Saleh atau lebih dikenal dengan Sating ditugaskan pihak keluarga untuk menjaga tanah kosong seluas 2600 meter persegi di wilayah Pasar Minggu Jakarta Selatan. Tanah kosong itu berbatasan dengan sebuah kali kecil di belakang dan rumah-rumah petak yang disewa para pemulung.
Rumah-rumah petak yang sangat sederhana dan jauh dari "layak" bukan milik keluarga Sating meskipun berada satu halaman dengan tanah keluarga.
Di tanah kosong itu, keluarga Sating membangun sebuah mushalah sederhana yang biasa digunakan para pemulung untuk shalat. Kemudian Sating dan beberapa orang teman, diantaranya Faisal berinisiatif untuk mengajar mengaji kepada para pemulung. Sampai beberapa tahun kemudian Rafly atau biasa dipanggil Fly bergabung.
Dari yang semula hanya mengajarkan mengaji, akhirnya mereka sepakat untuk mengajarkan yang lain. Sehingga dibentuklah suatu pengajaran kejar paket A dan B. Tujuan dibuatnya pengajaran ini adalah untuk merubah pola pikir mereka yaitu pemulung.
Minimal mereka mengerti pendidikan. Sekolah ini benar-benar gratis dengan 6 orang relawan pengajar yang semuanya teman-teman sendiri. Rata-rata relawan sudah lulus kuliah meski pun ada juga yang masih kuliah. Mengapa jadi relawan pengajar? "Karena teman-teman ingin merasakan suasana belajar mengajar lagi", jawab Fly.
Jadwal belajar setiap hari Senin, Rabu dan Jumat malam pukul 20.00 Wib dengan lama belajar sekitar 2 jam. Mengapa malam hari? Fly menjelaskan bahwa mulai subuh hingga sore para pemulung bekerja sehingga tidak bisa melakukan kegiatan sekolah pagi atau siang hari.
Murid-murid Saungelmu saat ini berjumlah 20 orang. Tidak semua murid adalah pemulung. Ada juga yang bersekolah formal, namun ikut bersekolah di Saungelmu untuk lebih mendalami materi.
Selain agama, Saungelmu mengajarkan matematika, bahasa indonesia, bahasa inggris dan komputer. Namun, dalam kejar paket A dan B ini mereka lebih mengajarkan kepada ilmu terapan sehar-hari. Misalnya untuk matematika, mereka diajarkan berhitung selayaknya sehari-hari yang para pemulung lakukan. Untuk bahasa Indonesia mereka lebih ditekankan pada bentuk paragraf dan jenis-jenis surat seperti misalnya jenis surat keterangan, surat tanah, surat jual beli bahkan sampai surat cinta.
Untuk pelajaran bahasa inggris biasanya lebih ditekankan kepada istilah-istilah dan cara pengucapan. Hal ini terkait dengan pelajaran komputer. Komputer? Menurut Agus dan Anis, relawan yang juga mengajarkan komputer, mereka diberikan pelajaran sangat dasar mulai dari pengenalan jenis-jenis komputer, cara menghidupkan dan mematikan komputer. Serta cara mengetik sebuah surat dan membuat laporan. Dan selama ini, Agus merelakan sebuah komputer jinjingnya untuk digunakan bergantian bersama 20 orang murid.
"Hanya itu yang bisa kami usahakan, karena kami tidak punya uang untuk sekedar membeli sebuah komputer bekas apalagi yang baru", kata Agus.
Selain itu juga, pelajaran agama tidak dipaksakan karena tidak semua beragama Islam. Hanya meneruskan belajar mengaji, rukun iman dan rukun islam. Untuk pelajaran IPS dan IPA juga lebih kepada lingkungan. Misalnya untuk IPS bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat sedangkan untuk IPA lebih kepada lingkungan.
Untuk pelajaran IPA menurut relawan pengajar Yunan dan Zikril, baru-baru ini mereka mengundang komunitas Deric Education dan Planet Satwa untuk memberikan pengetahuan tentang ular. Karena pekerjaan mereka sebagai pemulung, seringkali tidak sengaja mereka menemukan ular. Sangat penting bagi mereka untuk bagaimana menghadapi ular agar tercipta suatu keseimbangan alam.
Murid-murid di Saungelmu juga bervariasi dalam usia dan pengetahuan umum. Misalnya untuk kejar paket B yang setara SMP, murid tertua berusia 32 tahun dan termuda 15 tahun. Bagaimana dengan murid yang membolos? "Kalau tidak masuk selama dua kali kami maklumi karena mungkin mereka pulang larut malam. Tetapi kalau sudah lebih dari 3 kali tidak masuk baru kami tegur", kata Sating yang didaulat teman-temannya menjadi "Kepala Sekolah".
Suka duka menjadi relawan pengajar adalah beberapa dari mereka tinggal di daerah yang cukup jauh dari Saungelmu yaitu di Ulu Jami Kebayoran Lama dan di Maruyung Limo Depok. Perjalanan yang cukup jauh dan macet ke Saungelmu di daerah Pejaten Pasar Minggu terobati dengan melihat murid-murid yang tekun belajar.
Dukanya lagi, adalah jika hujan deras dan kali yang terletak di belakang sekolah meluap sehingga banjir. Untuk itu sekolah diliburkan, kata Fly. Namun demikian, mereka tetap bersemangat seperti motto Saungelmu "Menebar Manfaat Mengangkat Derajat". Belum ada bantuan untuk Saungelmu baik dari instansi pemerintah maupun swasta sehingga bagi yang ingin menyumbang dapat menghubungi Rafly di 08998789767.
No comments:
Post a Comment