Agheelz Go Blog

Hai. Selamat datang di Agheelz Go Blog. Blog ini berisi tulisan-tulisan saya, beberapa sumbangan tulisan lain dari teman-teman, saran atau ide atau pendapat dan dari kumpulan hasil berburu berita. Karena saya juga senang memotret, saya juga tampilkan hasil memotret itu kedalam blog saya. Kritik atau saran atau ide saya terima dengan tabah.

Thursday, January 17, 2013

Komunitas Aspera Wadah Edukasi Hewan Reptil


Komunitas Aspera Wadah Edukasi Hewan Reptil

Komunitas Aspera Wadah Edukasi Hewan Reptil
DOK PRI
Apakah Anda seorang pencinta hewan-hewan reptil? Jika ya, komunitas ini sangat tepat untuk Anda ikuti. Aspera merupakan komunitas pencinta hewan reptil sekaligus wadah untuk memberikan edukasi seputar hewan reptil. 

Awalnya, komunitas ini berdiri dengan nama Deric Education pada 4 Juli 2011. Komunitas yang didirikan oleh Arbi Krisna, Teguh, Yossi, Averos, Denny, Rudini, dan Defri ini bertujuan memberi wadah bagi para pencinta reptil. 
   Namun, banyak juga orang awam yang kurang mengerti tentang hewan ini, baik dari spesiesnya maupun cara pemeliharaannya, ingin bergabung. Karena itu, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang hewan reptil menjadi tujuan utama komunitas ini. 


   Dengan slogan "We Care About Reptile", Deric Indonesia Reptiles Care & Education menjadi sebuah organisasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan mengetahui tentang reptil. 

Pada 28 Desember tahun lalu, komunitas ini kemudian berubah nama menjadi komunitas Aspera. "Nama itu dipilih atas dasar voting bersama, diangkat dari nama Latin ular asli Indonesia (Candoia aspera). Ular itu endemik di Indonesia, nggak ada di negara lain," terang Ketua Aspera, Arbi Krisna, kepada Koran Jakarta.

Edukasi tentang Ular
   Walaupun tak membatasi hewan reptil jenis tertentu, ular menjadi primadona di komunitas ini. "Kita peduli akan reptil, khususnya ular, karena selama ini paradigma masyarakat buruk tentang ular, selalu berpikir semua ular berbahaya dan mematikan. Jadi, kita peduli dengan menjelaskan cara sosialisasi penyuluhan ke masyarakat, ke sekolah, ke kampus. Jadi, kita kasih pemahaman tentang fakta reptil sebenarnya ke masyarakat, khususnya tentang ular," jelas Arbi.
   Selama ini, masyarakat memang menganggap ular sebagai hewan berbahaya. Padahal, tak semua ular berbisa. Arbi menjelaskan bagi orang yang awam dengan ular dan tak tahu apakah ular itu berbisa atau tidak, cara yang paling aman adalah diam. Ular takut pada manusia, contohnya ular liar (ditangkap dia gigit, dilepas dia lari). Ular menggigit manusia sebenarnya karena rasa terpojok, terancam, dan merasa sakit (terinjak atau terjepit). Sebenarnya ular lebih memilih lari ketika berpapasan dengan manusia. Jadi, paling aman kalau ketemu ular itu kita diam aja.

"Jangan asal pegang. Untuk orang awam, kita nggak pernah ajarin bersentuhan apalagi pegang, takutnya dia asal pegang dan yang dia pegang ularnya berbisa," terang Arbi.


   Lewat sosialisasi yang diberikan, Aspera pun memberikan edukasi tentang manfaat keberedaan ular. "Ular bukan binatang yang berbahaya, malah ular menahan populasi tikus yang bisa menyebabkan kita kekurangan bahan pangan. Ular juga salah satu elemen rantai makanan yang sangat penting," terang Arbi. 


   Selain itu, Aspera juga meluruskan mitos-mitos yang beredar di masyarakat. Seperti penggunaan garam untuk mengusir atau menghalangi ular. Padahal, menurut Arbi, ular tidak takut dengan garam. Selain itu, banyak juga orang awam yang tak tahu bahwa ular adalah hewan tuli dan hampir buta. 


"Karena mata ular tidak berfungsi dengan baik, dia melihat dengan cara menjulurkan lidah keluar, menjilat partikel dari udara, diantarkan ke sensor jacobson, lalu ke otak," tambah Arbi.
   Menginjak usianya yang memasuki tahun kedua, Aspera berharap agar komunitas ini bisa terus eksis. Namun, yang menjadi harapan utama komunitas ini adalah agar semakin banyak orang yang memahami tentang fakta ular dan ingin agar paradigma masyarakat membaik tentang ular. 

Kegiatan Rutin
   Aspera memiliki kegiatan rutin berupa gathering yang diadakan 1-2 kali dalam sebulan. "Kita kumpul di UI, depan stadion. Terus kunjungan ke rumah anggota biar lebih akrab. Di sana kita bawa ular yang aman, di situ akan menarik perhatian orang-orang yang jalan akan mendekat, memberanikan diri untuk nanya-nanya, terus kita jelasin pelan-pelan, kita berikan juga nomor telepon team rescue, bila ada yang mau dibersihkan rumahnya dari ular," ungkap Arbi.
   Selain sosialisasi dan mengedukasi tentang reptil ke sekolah-sekolah, Aspera juga memberikan penyuluhan ke tim-tim pencinta alam. Aspera juga mengadakan herping, yaitu kegiatan masuk hutan untuk mencari ular yang berada di hutan tersebut. Tujuannya adalah untuk mendata ular yang berada di hutan tersebut kemudian dilepas lagi. 
   Ada juga kegiatan sweaping atau rescue. "Jadi pengaduan orang-orang yang rumahnya kemasukan ular dan sering ditemukan ular di rumahnya. Itu kita bersihkan, pindahkan ke tempat yang aman untuk ular dan manusianya juga," jelas Arbi. 
   Kegiatan lain yang dilakukan adalah breeding, bisa berupa beternak ular maupun hewan reptil lainnya. "Lalu juga sharing ilmu sama anggota. Kalau ada masalah sama ularnya atau ularnya sakit, dan juga info-info baru. Yang diternak itu biasanya kita jual ke anggota, sebagian, kalau over, kita rilis ke alam, kalau ke orang lain kadang kita jual juga, tapi dengan syarat dia penyayang hewan," ungkap dia.


   Walaupun komunitas ini juga menjual hasil ternaknya, namun bukan berarti mereka mendukung komersialisasi hewan reptil. Banyak juga anggota komunitas ini yang tak suka dengan petshop atau toko hewan. 


"Orientasi mereka kan cuma ke uang. Kalau yang jual mengerti, misal jual ular yang biasa hidup alboreal (pepohonan), kadang dikasih ranting. Terus ular yang hidup di suhu panas dikasih lampu, itu fine-fine aja. Tapi kalau cuek banget itu yang sebenarnya kasihan, kadang karena buat dijual dikasih makan seadanya, karena penjual nggak mau rugi, ungkap Arbi.
   Selain kegiatan rutin seperti di atas, ada juga event besar yang mereka ikuti. Seperti Campaign Komodo pada 30 Oktober 2011, Pet Care Day 2012 di kampus IPB, Kenali dan Lindungi Satwa di Sekitar Kita dengan Planet Satwa, hingga Indonesia Reptile Breeder Convention di Grand Indonesia. 

Keanggotaan

   Hingga saat ini, Aspera telah memiiki anggota sekitar 200 orang yang terdaftar di jejaring sosial Facebook. Dari jumlah tersebut, anggota yang aktif sekitar 35 orang. 
Komunitas ini juga tak membatasi anggotanya hanya dari Jakarta saja, tapi juga dari daerah lain seperti Bekasi dan Bogor. 
   Aspera pun tak membatasi usia anggota yang ingin bergabung. Namun, hingga saat ini, anggota yang paling muda adalah siswa kelas 1 SMA, sedangkan yang paling tua sekitar umur 45 tahun. 
   Bagi Anda yang ingin bergabung dengan komunitas Aspera atau sekedar ingin mengetahai pengatahuan mengenai hewan reptil, khususnya ular, Anda bisa datang ke kantor pusat Aspera yang berlokasi di Gang Sukur (belakang SMA 38), Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Anda juga bisa bergabung di Facebook resmi Aspera. 

Planet Satwa

No comments: