Agheelz Go Blog

Hai. Selamat datang di Agheelz Go Blog. Blog ini berisi tulisan-tulisan saya, beberapa sumbangan tulisan lain dari teman-teman, saran atau ide atau pendapat dan dari kumpulan hasil berburu berita. Karena saya juga senang memotret, saya juga tampilkan hasil memotret itu kedalam blog saya. Kritik atau saran atau ide saya terima dengan tabah.

Tuesday, April 30, 2013

Happy English di Planet Satwa






Seruas jalan beraspal kasar dan berlubang di kawasan Gedong Panjang, Penjaringan, Jakarta Utara, itu tak henti mengepulkan debu. Sengat mentari begitu terik. Atap pos ronda, pagar, dan pohonan berpupur debu. Di satu sudut kolong jembatan yang pengap dan sumpek, kerumunan orang yang mayoritas anak-anak duduk lesehan. Lainnya berdiri berdesakan.

“Siapa yang mau pegang ulaaar..!,” Bintang Dwi Nugroho Respati separuh berteriak melalui corong megaphone di tangannya.
Sayaa..! Sayaa…!” Sejumlah bocah usia SD itu pun merangsek maju.

Teguh Prasetyo Budi yang siang itu memegang seekor Boiga dendrophillasepanjang hampir dua meter, hanya senyum-senyum begitu jari-jari mungil para bocah mulai meraba tubuh ular berbisa menengah yang juga dikenal sebagai ular cincin emas itu. Wajah kanak-kanak yang riang.

Ya, Ahad (24/7) lalu menjadi hari yang cukup istimewa bagi tak kurang dua ratusan anak yang mayoritas tinggal di sekitar jalan tol Gedongpanjang, Penjaringan, Jakarta-Utara. Orang tua mereka berasal dari beragam latar belakang sosial ekonomi. Buruh serabutan, pedagang kecil, dan sebagainya.

Selain materi pengenalan satwa liar dari spesies mamalia yang disampaikan oleh Mbak Imenk dari Planet Satwa, rekan-rekan pecinta reptil depok yang tergabung dalam Deric Education, berperan besar dalam acara yang juga dihadiri host serial“Jejak Petualang” (TV 7), Herna Tyo. Tyo bahkan tak segan turun tangan membantu menyiapkan property dan alat peraga berupa aneka reptile dan satwa koleksi Deric Education maupun pribadi. Beruntung, acara hari itu juga kian ramai oleh dukungan sumbangan ratusan botol sirup dari kolega Happy English serta dari PT. Unilever berupa sampo, sabun, hingga deodoran. Tak ketinggalan majalah Flona dengan sumbangan berupa puluhan eksemplar majalah yang temanya relevan dengan materi edukasi hari itu.

Nah.., jadi kita tak perlu membunuhnya. Kita bisa menggunakan alat-alat sederhana seperti ini untuk mengusir ataupun mengendalikan ular yang masuk rumah,” terang Abas Nyak Agil Mamih sembari meraih sapu dan pengki. Dibantu Teguh Prasetyo Budi yang juga sesepuh Deric Education serta Roy, Averoes Oktaliza, Arby, Muhammad Nurwanta, dan pegiat Deric Education lainnya, bergantian materi penanganan ular dipaparkan di hadapan anak-anak yang sangat antusias itu.Empok-empok yang berdiri di belakang anak-anak tak kalah antusias. Sesekali mereka menutup mulut sembari mata mendelik melihat tangan seorang relawan Planet Satwa sengaja digigitkan pada seekor ular guna rekonstruksi penanganan gigitan ular. Aiiihhh..!

“Siapa yang mau digigiit..!,” seorang relawan berteriak. “Saiyyyyaaaaa….!,” beberapa anak maju ke depan dengan gagah berani. Giliran relawan Planet Satwa sejenak mati kutu. Hehe…dasar bocah.

“Mengenal dan mencintai satwa harus dimulai sejak dini. Ini yang ingin ditanamkan pada anak-anak Happy English, sebuah kelas bahasa inggris di kolong tol Penjaringan, Jakarta Utara, bersama dengan komunitas Planet Satwa,” papar relawan humas Happy English Nancy P. Martawardaja yang akrab dipanggil Ecy dalam rilisnya (26/7) terkait program edukasi bertajuk “Happy English Juga Sahabat Satwa".

Ecy mengimbuhkan, seringkali manusia tidak menyadari bahwa satwa berperan sebagai penyeimbang kehidupan. “Tidak ada suatu ciptaan apapun yang diciptakan oleh Tuhan tanpa maksud, oleh karena itu kami ingin anak-anak Happy English mencintai dan memperlakukan satwa dengan baik serta tidak melakukan penyiksaan”.

Anak - anak yang mengikuti program edukasi ini merupakan siswa Happy English yang biasa belajar di kolong tol Penjaringan. Anak - anak tersebut bukanlah anak anak jalanan, pengemis ataupun pengamen. Mereka bersekolah dan memiliki orang tua yang bekerja sebagai buruh ataupun pedagang kecil. Dalam keterbatasan fasilitas dan lokasi belajar, sedikitpun semangat mereka tak redup kala mengikuti kelas yang diadakan para relawan.

Kelas Happy English diadakan sebulan dua kali dengan tempat belajar berlantai semen beralaskan terpal. “Kami dari Happy English memiliki visi yang sama dengan Planet Satwa dalam memperlakukan satwa, kami ingin anak – anak mencintai dan menjadikan satwa sebagai sahabat mereka. Oleh karena itu, kami senang sekali bisa mendapat edukasi langsung dari teman – teman Planet Satwa, yang memiliki pengetahuan mumpuni tentang satwa “ terang Ecy.

Harapan Ecy dan kawan-kawan Happy English terkait tradisi memperlakuan satwa secara layak patut didukung. Pasalnya, untuk satwa liar, misalnya, tak sedikit dari anak-anak itu yang belum mengenalnya lebih dekat.

“Kamu pernah ketemu ular?,” tanya saya pada seorang peserta bernama Sadam (9). Bocah bertubuh gemuk itu hanya tersenyum sembari memainkan buku tulisnya. Tiba-tiba matanya berbinar. “Pernah!,” Sadam tersenyum.
“Ular apa?,” Saya menyelidik.
“Ular kobra!,” jawabnya mantap sembari menuding seekor ular kobra dalam boks kaca milik relawan Planet Satwa yang siang itu menjadi salah satu materi edukasi.
Oohoh, itu tho...

Menurut Abas Nyak Agil Mamih, inisiator Planet Satwa, selama ini pemahaman publik terkait satwa liar masih sangat kurang. Bahkan untuk hal-hal yang mendasar. “Dampak paling umum adalah munculnya persepsi keliru tentang satwa. Berikutnya, muncul tindakan atau perlakuan yang juga tidak tepat terhadap satwa liar yang masuk ke habitat manusia,” papar Agil dalam satu kesempatan. Karena itu edukasi dasar terkait satwa liar maupun domestik perlu diberikan sejak dini.

Agil, mantan pramugari maskapai penerbangan Garuda yang juga pengasuh satwa telantar, itu lantas mencontohkan tindakan kebanyakan orang saat mendapati ular masuk perkampungan. “Biasanya langsung dibunuh tanpa berpikir panjang kenapa sampai ular masuk rumah penduduk,” ujarnya prihatin. Biar begitu, Agil tak sepenuhnya menyalahkan tindakan warga mengingat tak semua orang paham dan mampu mengatasi ular atau satwa liar yang nylonong ke rumah penduduk.

Itu pula yang melatari Agil dan rekan-rekannya menggagas Planet Satwa, belum lama ini. Tercatat sejumlah kalangan pemerhati dan penyayang reptil, mamalia, unggas, dan banyak lagi, mendukung inisiasi Planet Satwa yang saat ini bermarkas di kediaman Agil di kawasan Rawajati Timur III/1, Jakarta. Planet Satwa mengakomodasi siapapun yang memiliki kepedulian terhadap satwa tanpa memandang latarbelakang organisasi setiap indvidu yang telibat. Serta bersama-sama mengedukasi dan memberikan advokasi publik terkait paradigma yang tidak tepat dalam penanganan satwa liar maupun domestik.

(credit photos : Happy English)

No comments: