Agheelz Go Blog

Hai. Selamat datang di Agheelz Go Blog. Blog ini berisi tulisan-tulisan saya, beberapa sumbangan tulisan lain dari teman-teman, saran atau ide atau pendapat dan dari kumpulan hasil berburu berita. Karena saya juga senang memotret, saya juga tampilkan hasil memotret itu kedalam blog saya. Kritik atau saran atau ide saya terima dengan tabah.

Tuesday, February 4, 2014

COPY PASTE PARADIGMA DAN KONTRIBUSI


            Berawal dari keinginan turut meramaikan sebuah komunitas reptil (sebut saja komunitas reptil merah) dengan postingan dari laman penggemar di situs media social facebook yang menuliskan sebuah pertanyaan “dari mana kenal komunitas merah ini?” dan diakhiri dengan jargon: “merubah paradigma masyarakat”. Karena keinginan turut meramaikan laman penggemar (fans page) itu, maka di kolom komentar ditulislah sebuah komen pertanyaan: “paradigma itu apa sih kak?”. Lama tidak ada jawaban, bahkan yang sudah tahu pun tidak mau menjawab. Karena merasa diacuhkan, maka ditanyakanlah hal tersebut didalam sebuah grup komunikasi whatsapp dari komunitas merah itu.
Semua anak memiliki kontribusi masing-masing saat memasang kandang terbuka untuk burung liar meski pun hanya memberi arahan dari bawah.

            Saat ditanyakan mengapa tidak ada yang menjawab soal “paradigma” dan mengapa mirip dengan komunitas sejenis lain (sebut saja komunitas reptil biru) yang pertama kali menggunakan jargon “merubah paradigma” maka jawaban bermunculan. Ada jawaban yang menyalin dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, lengkap. Ada yang malah bertanya balik, “masa tidak tahu paradigma?”.
            Bukan jawaban didalam grup komunikasi whatsapp yang diinginkan tetapi menjawab di kolom komentar dari tulisan di laman penggemar (fans page) karena yakin bahwa tidak semua orang tahu arti kata “paradigma”. Sambil menunggu komunitas merah menjawab di laman penggemarnya, dituliskanlah pertanyaan sama tentang arti kata paradigma di komunitas biru yang pertama kali menggunakan kata “merubah paradigma” tersebut. Di laman penggemar komunitas biru itu ternyata pertanyaan langsung dijawab oleh pengurus laman. Hal ini berarti tidak hanya jargon saja tetapi komunitas reptil biru itu memang benar-benar mengerti tentang si paradigma itu tadi dan bermurah hati langsung menjawab meski pun mungkin sudah ratusan bahkan ribuan orang yang bertanya tentang paradigma. Setelah keributan di grup whatsapp, baru ada yang menjawab pertanyaan paradigma di kolom komentar di laman penggemar komunitas merah tersebut. Entah ketakutan terhadap apa atau siapa atau malu terhadap apa atau siapa sehingga pengurus laman penggemar komunitas reptil merah itu enggan segera menjawab di laman penggemar situs media sosial facebook.
Selain dari itu juga, komunikasi didalam grup whatsapp komunitas reptil merah akhirnya menjadi bias karena melenceng jauh dari pokok bahasan awal yaitu pertanyaan tentang paradigma. Ada yang menyarankan googling sendiri yaitu mencari arti kata paradigma di google, ada yang bertanya “mengapa tidak bertanya dulu secara personal?”, ada yang menyuruh membuat laman penggemar sendiri, ada yang bertanya “mau menyerang komunitas biru atau merah?”, ada yang bertanya “selama ini ngapain aja jadi pengurus di komunitas reptil biru?” dan terakhir ada yang bertanya “selama ini sudah kontribusi apa di komunitas reptil merah. Kalau tidak ada kontribusi mendingan ga usah protes yang tidak berguna”.
Untuk yang menyuruh mencari sendiri arti kata “paradigma” melalui google dan bertanya secara personal tentunya dapat dimaklumi bahwa kemungkinan memang tidak mengerti maksud dari “ikut meramaikan laman penggemar” meski pun di sebuah grup dia termasuk cukup aktif. Untuk yang bertanya mengapa tidak membuat laman penggemar sendiri, pastinya tidak mengerti untuk apa laman penggemar dibuat. Apakah setiap ingin bertanya dan menjawab pertanyaan harus selalu membuat sebuah laman penggemar di situs media facebook? Untuk pertanyaan serang menyerang suatu komunitas terkesan kekanakan sekali. Semua anggota komunitas atau kelompok rata-rata ingin agar kelompoknya diakui di masyarakat. Entah apakah komunitas itu bermanfaat untuk masyarakat atau golongan tertentu.
Untuk pertanyaan selama ini ngapain aja jadi pengurus di komunitas reptil biru tentunya sangat melebar dari pokok bahasan. Diibaratkan begini: ada seorang murid sekolah dasar yang bertanya kepada sebuah komunitas reptil yang sedang mengadakan edukasi pengenalan reptil di sebuah sekolah dasar bernama facebook. Komunitas reptil merah tersebut bukannya memberikan jawaban tetapi malah memarahi si murid yang tidak tahu itu dengan pertanyaan balik: “masa kamu ga tau, selama ini ngapain aja kamu sekolah?”

Semua anak mempunyai kontribusi masing-masing saat membuat kincir kertas meski hanya memilih warna kertas origami.

Untuk pertanyaan tanpa kontribusi tidak usah protes yang tidak berguna, sungguh membuat sang penanya berpikir kembali. Apa yang dimaksud dengan kontribusi? Apakah si anggota komunitas reptil merah itu mengerti dengan melempar pertanyaan tentang kontribusi? Padahal boleh dikata jumlah penggemar laman penggemar (fans page) komunitas reptil merah itu meningkat dengan hanya tekan “LIKE” atau “SUKA” dan para pengguna akun facebook hanya berkontribusi dengan menekan tombol itu. Boleh dikata, para penggemar yang membuat jumlah penggemar meningkat tidak diakui kontribusinya. Lalu adakah protes yang tidak berguna? Apakah penggemar tidak boleh protes atau mengkritik? Baiklah, berarti tidak menerima protes dan kritik.

        Setelah keributan yang menjadi bias di grup whatsapp komunitas reptil merah tersebut, lalu dibuat semacam “konfirmasi” kepada si penanya. Si penanya disuruh untuk saling memaafkan. Si penanya mohon maaf atas kontribusinya selama ini yang ternyata benar-benar sama sekali tidak dianggap dan membuat kecewa sekaligus terperangah atas komunitas reptil merah tersebut.

  • Maafkan jika menjadi anggota komunitas reptil merah.
  • Maafkan jika membayar uang kas komunitas reptil merah.
  • Maafkan jika menyumbang uang atau barang kepada komunitas reptil merah.
  • Maafkan jika membeli atribut seperti baju atau kaos komunitas reptil merah.
  • Maafkan jika mengundang orang-orang untuk menggemari fans page komunitas reptil merah.
  • Maafkan jika ikut aktif edukasi ke sekolah-sekolah atau tempat lainnya bersama komunitas reptil merah.
            Setelah menyampaikan maaf itu, lalu ada yang menyatakan bahwa orang yang menanyakan “kontribusi” itu bukanlah anggota komunitas reptil merah. Itu adalah solidaritas semu. Apakah yang bersangkutan si penanya kontribusi itu tahu jika dia tidak dianggap anggota komunitas reptil merah? Entahlah. Yang jelas permintaan maaf atas nama “si penanya kontribusi” itu ditolak. Mudah untuk meminta maaf tetapi tidak mudah untuk memahami atau mengerti.
            Sekarang timbul pemikiran, jika kita ingin membuat suatu pernyataan yang diambil dari sumber lain hendaklah mengerti betul artinya. Contohnya adalah copy paste jargon “merubah paradigma” sehingga jika ada yang bertanya setidaknya bisa menjawab atau mengarahkan langsung ke sumbernya. Jadi jangan sampai orang yang tidak mengerti menilai bahwa komunitas atau golongan itu seperti “tong kosong nyaring bunyinya”.
     Setiap orang memiliki kontribusinya sendiri-sendiri baik itu dalam kehidupan bermasyarakat maupun berorganisasi. Sebaiknya kontribusi seseorang terlebih yang berperan aktif tidak perlu dipertanyakan sebab tentunya akan muncul jawaban yang bias. Dilain pihak timbul rasa kasihan kepada para kontributor "jempol" alias orang-orang yang sudah tekan "SUKA" atau "LIKE" di fans page alias laman penggemar di situs media sosial facebook sebab kontribusi mereka sama sekali tidak dianggap.
          Kemudian kondisi jadi berbalik ketika sebagian anggota komunitas reptil merah itu beramai-ramai menyerang si penanya dengan menyebutkan egois, minta pendapatnya paling benar, salah cara bertanya, sampai tidak ada yang membela. Dan sekarang si penanya adalah penjahatnya. Semua itu hanya berawal dari keinginan si penanya "meramaikan" laman penggemar alias fans page di facebook dengan bertanya. "paradigma itu apa sih kak?"

No comments: