Gus Nur dan Rizki Untung Untuk ketiga kalinya Fancy Feast mengadakan kontes kucing internasional pada 24 dan 25 Februari 2018 bertempat di Mal Alam Sutera Tangerang Banten. Kegiatan ini dipercayakan kepada APA Event Organizer.
Sepintas tidak ada yang istimewa dari acara kontes kontesan ini. Hal yang sangat biasa pada acara sejenis dan orang menganggap acara ini pastilah sekumpulan pembiak kucing. Saat membaca dengan seksama keterangan foto yang juga menandai saya, baru saya sedikit tertarik. Disitu ada tertulis special cat, lomba makan dan juga fashion show.
Special cat? Semua pemilik atau perawat kucing pastinya menganggap kucingnya special. Namun yang membuat tertarik adalah keterangan bahwa yang dimaksud dengan special cat adalah kucing dengan kebutuhan khusus yang artinya kucing yang luar biasa, bukan kucing biasanya.
Akhirnya 2 ekor kucing spesial yaitu Gus Nur dan Rizki Untung didaftarkan. Gus Nur kucing buangan dengan kedua mata buta sedangkan Rizki Untung adalah kucing liar yang ada di halte Trans Jakarta dimana suatu hari menjadi korban tabrak lari dan kaki kiri belakangnya terpaksa diamputasi karena sudah mulai membusuk. Bahkan khusus untuk Rizki Untung didaftarkan di 2 kontes yaitu Special Cat dan Cat Eating Competition mengingat nafsu makannya yang luar biasa.
Sebelumnya saya tidak pernah ikut atau menonton acara kontes kucing atau anjing sehingga bagi saya ini merupakan pengalaman baru. Gus Nur sendiri sudah sering saya ajak ke tempat keramaian atau suatu acara non kontes sehingga boleh dikata sudah terbiasa dengan keramaian orang asing. Rizki Untung yang agak mengkhawatirkan saya sebab dia tidak pernah diajak ke tempat ramai. Adapun tempat ramai yang dialaminya hanyalah taman umum dekat rumah pada Sabtu dan Minggu yang biasanya ramai pengunjung. Itupun dia hanya "celingukan" di taman tanpa ada banyak orang yang menyentuhnya.
Jelang acara, saya dilanda kepanikan. Kedua kontestan terserang flu. Segera saya minta bantuan dokter hewan untuk apa yang harus saya lakukan. Drh. Aulia Ridhahayu alias dokayu (yang memang ayu) segera memberikan resep ampuh dan langsung saya aplikasikan obatnya sambil berdoa agar mereka segera membaik. Satu lagi dokter hewan yang saya hubungi adalah drh. Nyoman Sakyarsih atau lebih dikenal dengan doknyom. Darinya saya bertanya bagaimana penilaian juri karena belum lama sang dokter menjadi juri untuk acara serupa di Jogjakarta. Yang penting adalah kucing tidak panik, kalem dan tentu saja tidak melukai juri.
Panitia juga mengharuskan membawa kandang sebab acara akan berlangsung hingga malam. Saya tidak mengerti mengapa acara kontes kontesan harus sampai malam? Apakah tidak bisa kita langsung pulang setelah acara?
Di hari H yaitu Minggu 25 Februari 2018 kami berangkat. Bersama saya ada seorang teman, Agies Tugis. Maklum saja, Gus Nur tidak biasa dikandangkan terlebih masuk keranjang atau portable pet carrier. Sidik yang mengendarai mobil sudah terbiasa membawa kucing. Perjalanan cukup jauh dari wilayah Mabes TNI Jakarta Timur ke Tangerang. Meski demikian jalanan cukup lengang dan kami tiba sebelum waktu yang ditentukan untuk mendaftar ulang namun kami lihat di lobby mall sudah penuh dengan peserta. Ada 2 buah meja kosong paling ujung, disitulah kami membuka kandang lipat, mengeluarkan Gus Nur dan Rizki Untung dari portable pet carrier untuk kemudian memasukannya kedalam kandang. Masih ada banyak waktu dan panitia belum terlihat kehadirannya. Kedua kontestan sempat berjalan-jalan di lobby dan segera menarik orang-orang untuk mendekat sekadar mengelus atau menggendong. Beberapa stand penjualan aksesoris sudah mulai menggelar dagangan saat akhirnya Iin Sofjan dari komunitas PKKL (Peduli Kucing Kampung dan Liar) datang dan segera menggelar dagangannya.
Gus Nur di dalam mobil |
Akhirnya panitia datang dan membuka pendaftaran ulang. Segera para peserta mengantri untuk daftar ulang. Mungkin suatu kebetulan atau bahkan keberuntungan saat Gus Nur mendapat nomor 99 dan Rizki Untung nomor 100.
Dua orang juri internasional dari Jepang yaitu Etsuko Hamayasu dan Edward Maeda sudah siap di tempatnya. Juri ring 1 lebih dulu menilai Special Cat. Ada 6 ekor kontestan di kelas Special Cat. Salah seekor bernasib sama dengan Rizki Untung yaitu amputasi kaki belakang kiri.
Saatnya juri Etsuko Hamayasu yang mengenakan kebaya ungu menentukan penilaian The Best. Ketika akhirnya Rizki Untung menempati The Best ke-3 dan tersisa 2 ekor kontestan, dengkul saya terasa dangdutan. Akhirnya Gus Nur yang terpilih menjadi The Best. Kami ambil Gus Nur dan Rizki Untung untuk kembali ke kandang masing-masing dan menunggu penilaian juri ring 2 yaitu Edward Maeda.
Saat menunggu ini yang saya tidak perhitungkan sama sekali karena memang baru pertama kali ikut acara kontes. Saya tidak membawa bak pasir! Bingung dan kasihan kepada kedua kontestan, akhirnya saya putuskan membawa mereka keluar mal. Beruntung di seberang mal ada taman rumput yang cukup luas dan saya perhatikan beberapa titik kotoran anjing yang sudah kering. Setelah dipasangi harness, mereka dibawa ke taman untuk melepaskan hajat.
Cukup lama kedua kontestan berjalan-jalan di rumput namun sedikitpun mereka tidak ada niatan untuk kencing apalagi berak. Kami melakukan segala upaya agar mereka segera melakukan kegiatan kencing atau berak namun mereka sungguh menolak. Akhirnya saya putuskan untuk memaksa mereka kencing dengan cara menepuk-nepuk bagian genital. Rizki Untung segera kencing namun tidak untuk Gus Nur. Saya kurang tahu apakah Retno Joni kurang gigih memancing kencing Gus Nur namun kami harus kembali kedalam. Saat Gus Nur akan dimasukan kandang saat itulah dia kencing membasahi baju Tugies yang menggendongnya!
Baju Tugis basah dikencingi Gus Nur |
Membawa Rizki Untung ke taman. Foto oleh Neni. |
Usaha Retno Joni memancing Gus Nur kencing tidak berhasil... |
Saat kami menunggu penilaian juri Edward Maeda banyak pengunjung yang mendatangi kedua kontestan kami. Bagi pengunjung kedua kontestan kami merupakan kucing yang luar biasa dengan segala keterbatasannya. Banyak pertanyaan yang diajukan seperti jenis, bagaimana cerita kehidupannya, mengapa disterilkan. Ya, kedua kucing ini diambil dari jalanan. Gus Nur sudah buta karena penyakit saat masih umur sekitar 2 bulan sedangkan Rizki Untung diadopsi dari jalanan saat kakinya terlindas roda kendaraan dan terpaksa diamputasi karena sudah membusuk. Mereka dikebiri untuk mencegah mereka birahi dan menekan populasi kucing. Apakah jenis maine coon? Hahaha... Bukan. Mereka adalah kucing Indonesia asli.
Beberapa pengunjung menghampiri Gus Nur dan Rizki Untung |
Tiba saatnya Edward Maeda menentukan penilaian. Rizki Untung mendapatkan penghargaan The Best ke-2 dan The Best diraih oleh... Gus Nur! Saya nyaris melompat gembira kalau saja tidak sedang mengambil videonya. Rasa syukur kepada Allah saya panjatkan. Sungguh tidak menyangka kucing jalanan boleh berlagak di acara kontes internasional dan mendapatkan penghargaan.
Sambil menunggu acara selanjutnya, Gus Nur dan Rizki Untung mengikuti lomba makan. Tidak disangka Rizki Untung yang biasa menghabiskan 2 piring makanan di rumah saat itu hanya celingukan. Saya sudah usahakan agar dia mau makan dengan berbagai cara. Menempelkan hidungnya ke makanan, meletakan piring di bawah. Apa sajalah agar dia mau makan. Usaha saya tidak berhasil dan Rizki Untung malah menunjukkan wajah kebingungan yang mengundang gelak tawa penonton. Sebenarnya saya sadar bahwa kedua kucing saya sudah stres dan lelah namun saya sangat egois dengan memaksakan mereka.
Masih lama menunggu dan saya berniat pulang karena mengkhawatirkan kondisi Gus Nur dan Rizki Untung. Sidik segera saya minta bersiap-siap namun panitia melarang sebab belum final untuk penghargaan High Scoring di semua kelas.
Ketika akhirnya panitia mengumumkan High Scoring, saya dan Gus Nur ke panggung untuk menerima piala dan hadiah lainnya. Juri Edward Maeda yang menyerahkan piala. Gus Nur kaget saat acara puncak itu panitia menyalakan convetti. Suara ledakannya cukup keras dan saya rasa semua kontestan di panggung stres karenanya. Mungkin kedepannya panitia atau penyelenggara lain tidak perlu menyalakan convetti selain mengejutkan kucing juga mengotori tempat dengan sobekan kertas kecil warna warni.
Juri Edward Maeeda memberikan penghargaan kepada Gus Nur yang meraih High Scoring untuk Special Cat. |
Jadi, kucing biasa, terlantar dan dari jalanan bahkan yang cacat mampu mendapat penghargaan internasional. Adopsi mereka dari jalanan, tidak perlu membeli. Mereka bisa "wah" jika kita merawat dengan baik. Puji syukur ke hadirat Allah atas karuniaNya. Ucapan terima kasih untuk semua teman-teman yang telah hadir memberi dukungan seperti Hj. Diana dan keluarga, Mia Endah, Tyas, Neni dan Uun, Retno Joni dan Sam, dan juga Monika Soemarso untuk portable pet carriernya. Tidak ketinggalan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena daftar absen hilang.
Untuk videonya disini:
https://youtu.be/0JCAG8HBEsg
No comments:
Post a Comment