Cara Menghindari Gigitan Ular
- Jangan coba-coba untuk memegang ular berbisa dengan tangan telanjang. Di Eropa dan Amerika Utara, kebanyakan gigitan terjadi karena korban memegang atau berusaha mengambil atau membunuhnya.
- Jangan bermain-main dengan ular berbisa. Jangan terlalu dekat dengan ular berbisa, jarak aman adalah sekitar 2 kali panjang ular tersebut.
- Jangan pernah mengambil bangkai ular karena kemungkinan ular tersebut tidak mati, hanya terluka, beristirahat, atau pura-pura mati!. Bahkan meskipun ular tersebut benar-benar mati, gerakan otot ular secara reflek akan membuka mulut dan menutup. Sudah pernah ada kejadian dimana seseorang memegang kepala ular Derik Berisik / Canebrake Rattlesnake (Crotalus horridus atricaudatus) yang terpenggal dan terjadi luka yang fatal.
- Gigitan dari ular yang tidak terlihat di daerah liar dapat dicegah dengan indera kita serta pakaian pelindung. Sepatu boot dan pelindung sepanjang kaki harus digunakan di beberapa daerah. Kebanyakan gigitan terjadi karena kecerobohan kita. Jangan meletakkan tangan atau kaki di tempat yang sebelumnya tidak diteliti lebih dahulu. Pada malam hari, nyalakan api untuk menerangi daerah sekitar agar ular terlihat karena beberapa ular berbisa adalah hewan nokturnal (aktif di malam hari).
Bila Terjadi Gigitan
Korban yang digigit ular berbisa harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Pertolongan pertama secara tradisional dengan cara memotong dan menghisap luka ternyata dapat memperparah luka korban. Dengan memotong dan mengikat luka akan lebih menyakitkan, sehingga perawatan sendiri ini menjadikan luka lebih parah.
Selama perjalanan ke rumah sakit ada beberapa pertolongan pertama yaitu:
4. Bila gigitan berasal dari ular-ular neurotoksisk, balut luka dengan pembalut elastis untuk melokalisasi bisa (pertolongan ini terbukti efektif pada gigitan ular-ular elapid Australia / Australian Elapid).
==> Bila memungkinkan, ular yang menggigit tersebut juga dibawa ke rumah sakit untuk identifikasi jenis ular dan bisanya. Namun sebaiknya jangan sampai jatuh korban kedua seandainya ular tersebut sulit ditangkap dan jangan membuang waktu mencarinya karena korban akan semakin parah.
Tiba di rumah sakit, segera beritahukan perawat atau dokter yang akan memberikan pengobatan yang tepat. Secara umum, korban akan di observasi terlebih dahulu oleh pihak rumah sakit karena sebenarnya banyak dari ular-ular berbisa yang menggigit tanpa mengeluarkan bisa atau disebut dengan dry bites. Dry bites ini terjadi pada sekitar 20-40% dari seluruh ular berbisa yang menggigit.
Biasanya korban di observasi selama sekitar 8 jam, karena beberapa symptom (terutama dari bisa neurotoksik) baru terlihat beberapa jam setelah gigitan. Seperti halnya semua luka yang menembus kulit, maka luka tersebut harus dibersihkan dan korban diberikan serum antitetanus serta antibiotik broad spektrum.
Serum atau antibisa merupakan satu-satunya pengobatan dan hanya diberikan bila symptom atau gejala terlihat. Serum ini harus diberikan oleh rumah sakit dan staf medis (dokter/paramedis). Korban harus di uji coba sensitif terhadap serum dari kuda. Di Amerika Serikat, serum ular Crotalus telah diproduksi oleh laboratorium Wyeth-Ayerst, untuk koban yang mengalami efek hemotoksik.
Saat ini terdapat beberapa serum yang spesifik untuk ular berbisa. Namun serum European Pitviper tidak dapat menetralisir toksin dari North American Pitviper, karena serum tersebut dibuat dari ular Viper yang berbeda. Serum polyvalent Crotalus dari Wyeth-Ayers juga mengandung antibodi terhadap neurotoksik ular derik, dan dapat digunakan untuk gigitan ular derik Mojave (Crotalus scutulatus). Symptomatik ular Coral / Coral snake (Micruroides, Micrurus) harus diberikan serum ular North American Coral.
PENGOBATAN
Bisa dan Gejala Klinis :
Bisa ular merupakan campuran enzym yang kompleks, berat molekul polypeptida rendah, glikoprotein, dan zat besi. Enzym dan polypeptida menyerang sistim kekebalan tubuh manusia. Diantara komponen tersebut dapat menyebabkan hemorrhagi sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah dan juga menyebabkan perdarahan lokal maupun perdarahan sistemik, beberapa enzym proteolitik yang dapat menyebabkan nekrosa lokal, membuat darah berkoagulasi, atau mengacaukan fungsi organ. Selain tiu juga melemahkan otot-otot jantung dan neurotoksin akan melemahkan baik pre maupun post synaptikal untuk mengacaukan sistim saraf penerima. Kebanyakan bisa ular menyerang beberapa organ tubuh.
Pengobatan di Lapangan:
Pertolongan pertama di lapangan adalah dengan segera membawa korban ke rumah sakit atau praktik dokter terdekat. Korban harus tenang untuk mencegah penyebaran bisa maluas ke seluruh tubuh. Pada saat ini jangan membuat korban tambah menderita dengan cara apapun.
Setelah digigit ular Viper, lakukan hisapan pada luka dengan alat hisap yang akan membantu mengurangi kerja bisa dalam 3-5 menit. Yang dapat digunakan adalah Extraktor (produksi Sawyer, Safety Harbor, FL), yang selain menekan luka juga menghisap bisa. Hisapan harus di ulangi dalam waktu 30 menit kemudian sambil mencari pertolongan medis. Hindari pengisapan bisa dengan mulut karena akan menyebabkan luka terinfeksi oleh bakteri mulut, dan dapat membahayakan penolong bila ternyata terdapat luka di mulutnya. Pengikatan selama 30 menit di atas luka dapat mengurangi penyebaran bisa. Namun untuk mencegah kematian jaringan, ikatan tersebut harus sering dibuka. Sebaiknya luka gigitan digantung lebih tinggi dari jantung dan jangan mencoba mendinginkan luka atau menggunakan kejutan listrik.
Untuk luka gigitan ular Elapidae atau ular laut, gunakan teknik tekan imobilisasi cara Australia yaitu membungkus luka dengan pembalut elastik. Luka digantung dan diangkat lebih tinggi dari jantung. Teknik ini sangat membantu dalam mencegah penyerapan bisa. Namun demikian bila ikatan tidak lekas dibuka akan menyebabkan kematian jaringan.
Pengobatan di Rumah Sakit atau Dokter:
Di rumah sakit, korban akan dimonitor (tanda-tanda vital, denyut jantung, dan pernafasan). Keadaan eritrema atau lepuh pada gigitan ditandai dan diamati setiap 15 menit sampai eritrema atau lepuh tersebut stabil kembali. Seluruh vena-vena diamati dan dimonitor agar tidak terjadi hypotensi (penurunan tekanan darah). Hypotensi terjadi karena terkumpulnya darah di pulmonary dan organ sekitarnya. Beberapa jam kemudian akan terjadi haemolysis dan berkurangnya volume cairan intravascular didalam jaringan. Saat itu diperlukan infus cairan elektrolit atau Ringer’s lactate untuk mencegah kondisi shock.
Bila terlihat tekanan darah terus menurun setelah pemberian infus 20-40 ml/kg BB, maka perlu ditambahkan 5% albumin kedalam infus (10-20 ml/kg BB). Bila volume resusitasi menurun, berikan vasopressor seperti Dopamine. Alat kejut dapat digunakan pada beberapa kasus bila terjadi hemodinamik (tekanan pada vena central dan atau arteri pulmonary menurun).
Darah harus segera di evaluasi di laboratorium termasuk tipe golongan darah sebelum bisa terlanjur menyebar luas. Dan yang juga penting adalah memeriksa tingkat haemorrhagi atau haemolysis, fugsi ginjal dan hepatik, studi koagulasi untuk menentukan jumlah konsumsi koagulopati, dan tes urin untuk myoglobin atau darah dalam urin. Pada beberapa kasus, dilakukan tes gas dalam darah, elektrokardiografi, dan rontgen daerah dada juga diperlukan.
Biasanya serum langsung diberikan pada setiap korban gigitan ular berbisa tanpa memperhatikan symptom. Bila terlihat gejala atau symptom yang kadang timbul sangat cepat, pemberian serum tersebut dapat membantu korban mengurangi penyebaran bisa ke seluruh tubuh dan mencegah kejadian yang lebih fatal. Serum biasanya dapat digunakan untuk beberapa spesies ular dalam jenis yang sama. Sebagai contoh adalah penggunaan serum ular Austrailan Tiger Snake (Notechis scutatus) yang dapat juga digunakan untuk korban gigitan ular laut. Namun sebaiknya membaca terlebih dahulu keunggulan dari serum-serum ini. Untuk hal ini mengapa diperlukan ular yang telah menggigit agar diketahui jenis ularnya dan serum yang tepat. Seharusnya informasi tentang serum dan penyediaan serum di rumah sakit atau dokter hewan tersedia selama 24 jam seperti halnya di Amerika Serikat.
Beberapa rasa nyeri langsung terasa di seluruh tubuh atau di sekitar luka seperti jaringan kulit yang melepuh, ecchymosis/perubahan warna kulit, ptechiae/perdarahan di bawah kulit seperti bintik-bintik merah dan sebagainya merupakan gejala keracunan sistemik dan mengindikasikan perlunya pemberian serum.
Kebanyakan serum dibuat dari darah kuda yang dapat beresiko terjadinya anaphylactic, anaphylatoid, dan berkurangnya reaksi hypersensitif. Tes kulit tidak selalu dilakukan dimana beberapa korban ada yang alergi terhadap reaksi serum dari darah kuda. Lagipula hasil tes kulit kadang negatif kadang positif. Sebelum diberikan serum, korban harus diberikan infus antihistamin terlebih dahulu misalnya Diphenhydramine, 1 mg/ kg BB dengan dosis maksimal 100 mg, Cimetidine 5-10 mg/kg BB dengan dosis maksimal 300 mg untuk mengurangi reaksi akut.
Memberikan cairan crystalloid secara IV juga dapat membantu kecuali pada korban yang menderita penyakit jantung. Epinephrine harus tersedia dan dosis serum harus dicairkan (misalnya dalam 1000 ml cairan elektrolit, Ringer’s Lactate, atau 5% dextrose dalam air untuk korban dewasa atau dalam 20 ml/kg BB untuk anak-anak. Dosis ini dapat dikurangi bila korban menderita penyakit jantung.
Infus serum dimulai perlahan dan diawasi oleh paramedis. Tingkat infus dapat ditambah bila korban tidak menunjukkan gejala alergi hingga seluruh serum habis digunakan selama 1-4 jam. Serum berikutnya dapat diberikan bila gejala klinis memburuk. Hasil laboratorium harus di cek setiap jam, terutama bila kondisi tidak normal hingga kondisi korban menjadi stabil. Untuk mengurangi gejala alergi, serum dapat diberikan setelah pemberian epinephrine, antihistamin dan steroid.
Perawatan terhadap luka gigitan termasuk menjaga kebersihan luka dan menggunakan perban steril dan kering serta menggantung atau mengganjal daerah tempat luka. Karena resiko penyebaran bisa, ekstremitas harus ditingkatkan hanya jika tersedia serum. Imunisasi tetanus harus di ulang bila perlu. Penggunaan antibiotik Prophylactic masih diragukan karena adanya akibat infeksi sekunder yang mengikuti gigitan ular. Sebaiknya menggunakan antibiotik yang berspektrum luas seperti Ampicilin atau Cephalosporin pada hari pertama perawatan.
Bila terjadi luka melepuh biasanya diikuti dengan edema otot yang akan merusak jaringan, sedangkan tekanan edema ke dalam jaringan harus di periksa paling tidak 6-8 jam sebelumnya. Toksisitas luka dengan gigitan kering (dry bite) dari ular Viperidae biasanya akan timbul selama beberapa jam sesudahnya dan timbulnya symptom sistemik (terutama karena gigitan ular Coral) dan ular laut juga kadang timbul setelah beberapa jam, sehingga kondisi korban harus di monitor selama 24 jam.
Morbiditas dan Mortalitas
Tingkat rata-rata mortalitas karena gigitan ular berbisa sangat rendah di negara-negara yang banyak menyediakan serum antibisa di tempat-tempat medis. Sebagai contoh di Amerika Serikat, rata-rata mortalitas hanya 1% dari setiap korban yang mendapat serum antibisa. Kebanyakan kematian korban di AS disebabkan oleh ular derik punggung berlian dari selatan dan barat (Eastern/ Western Diamondback Rattlesnake) Crotalus adamanteus dan Crotalus atrox . Sedangkan di Asia dan Afrika serta negara lain, penyebab kematian adalah karena gigitan ular Kobra (spesies Naja), ular derik Karpet di Timur Tengah dan Afrika (Echis sp.), ular derik Russell (Vipera russelli) di Timur Tengah dan Asia, ular derik Afrika (Bitis sp.) dan ular derik Pit (Bothrops sp.) di Amerika Tengah dan Selatan.
Kecelakaan morbiditas yaitu kehilangan fungsi tubuh yang parah sehingga sulit untuk disembuhkan. Contohnya tidak adanya gerakan otot, saraf atau pecahnya pembuluh darah sampai dengan luka parut di kulit. Di AS sendiri morbiditas ini lebih banyak disebabkan oleh gigitan ular Derik (Rattle) dibandingkan dengan gigitan ular Copperhead atau Water Moccasins.
Serum Antibisa
Antibisa adalah serum yang dibuat untuk menetralisir efek yang ditimbulkan bisa ular. Bisa yang digunakan untuk serum adalah bisa yang diambil dari ular secara manual maupun dengan rangsangan. Bisa diambil setiap 20 atau 30 hari dari ular-ular yang sengaja ditangkarkan. Bila diambil dengan cara manual, ular dipegang pada bagian kepala lalu taring ditancapkan ke suatu bahan karet dan kemudian kelenjar bisa ditekan sampai bisa keluar dan habis. Dengan rangsangan yaitu menggunakan alat elektrik yang ditempelkan di belakang kepala ular sehingga menyebabkan otot-otot di sekitar kelenjar bisa berkontaksi dan mengeluarkan bisa yang juga ditampung didalam wadah. Selanjutnya bisa-bisa tersebut dikeringkan dengan cara didinginkan (metoda cepat) atau dikeringkan dengan bantuan agen seperti bahan pengering atau vakum.
Kuda yang sehat, yang biasanya berumur 7-8 tahun, diinjeksikan bisa yang telah diencerkan secara rutin dengan dosis yang tidak mematikan (non lethal doses) sampai tubuh kuda tersebut membangun kekebalan terhadap bisa ular. Dosis dapat ditingkatkan setiap waktu untuk mendapatkan kekebalan yang baik. Sistim kekebalan penetralisir dibuat tubuh kuda dengan meningkatkan antibodi terutama protein. Darah dari kuda ini yang diambil dan dibuat serum yang akan menetralisir bisa bila disuntikan ke manusia korban gigitan.
Untuk membuat serum, sejumlah darah kuda (6-8 liter) diambil dari vena jugularis. Kemudian darah tadi dicampur dengan larutan sodium sitrat untuk mencegah koagulasi dan degradasi, dan globulin untuk memisahkan antibodi dalam darah tersebut. Di seluruh dunia terdapat sekitar 25 laboratorium yang membuat serum antibisa ular.
Bisa Ular Sebagai Obat
Bisa ular berpotensi untuk dijadikan obat-obatan karena komposisinya yang banyak dan diantara komposisi tersebut terdapat komposisi yang spesifik. Setelah komposisi tersebut dipisah-pisahkan, bisa ular dapat digunakan sebagai obat seperti di Amerika Serikat, Asia, Eropa dan Amerika Latin. Beberapa komposisi bisa ular dapat digunakan sebagai obat pada penyakit yang berhubungan dengan darah.
Saat ini terdapat obat-obat yang memblokir detak jantung yang berdebar pada penderita penyakit jantung yang diambil dari bisa ular Bothrops. Bisa ular ini mengandung peptida yang dapat menurunkan aktivitas enzym penyebab penyakit tekanan darah tinggi.
Terdapat derivat (sediaan) 2 jenis analgesik yang diambil dari bisa ular Kobra. Cobroxin digunakan seperti morfin yaitu untuk memblokir kerusakan transmisi saraf, sedangkan Nylotoxin dapat mengurangi nyeri pada penyakit arthritis. Arvin merupakan ekstrak yang diambil dari bisa ular Malayan Pitviper (Calloselasma) yang efektif sebagai zat antikoagulan.
Komposisi bisa juga dapat digunakan sebagai bahan dasar penelitian fisiologi, biokimia dan imunologi. Dengan proses pemisahan atau menggunakan proses biokimia dan pemisahan sel seperti transfer saraf penerima dan pembekuan darah, komponen bisa dapat digunakan untuk pembedahan dan membuat obat-obatan untuk memperbaiki malafungsi penyakit saraf ini. Sebagai contoh, bisa dapat digunakan sebagai agen antiviral dan anti bakterial (tetanus, hepatitis, trakoma, demam berdarah, malaria, botulism) dan juga sebagai agen antikarsinogenik (kanker dan tumor nonmalignant). Penyakit lain yang menggunakan bisa sebagai obat diantaranya epilepsi, sklerosis, myasthenia gravis, parkinson dan poliomyelitis, penyakit muskuloskeletal termasuk arthritis dan rematik, penyakit jantung kardiovaskular seperti hypotensi, hypertensi, angina dan cardiac arrhytmias, serta penyakit-penyakit pada mata seperti neuritis, conjuntivitis dan katarak.
source: http://www.ehow.com/how_5181896_give-first-aid-snake-bite.html
http://www.ehow.com/video_2354100_camping-gear-snake-bite-kits.html
http://www.lestout.com/article/news-society/science-nature/which-snakes-bite.html
References:
Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, Ma OJ, Cline DM. Reptile bites. In: Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, Ma OJ, Cline DM, eds. Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 6th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2004:chap 195.
Otten EJ. Venomous animal injuries. In: Marx JA, ed. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2009:chap 59.
No comments:
Post a Comment